Unduh Panduan Doa 21 Hari Buddhis Sedunia dalam 10 Bahasa. Baca dalam 33 Bahasa menggunakan widget di bagian bawah setiap halaman!
Meskipun Jepang secara tradisional diklasifikasikan sebagai negara Budha, kenyataannya Jepang kini menjadi semakin pasca-religius. Beberapa praktik Buddhis tetap dilanjutkan, seperti mengunjungi dan memelihara makam leluhur, memakai jimat keberuntungan, dan mencatatkan kelahiran di kuil Budha setempat. Namun, sebagian besar warga Jepang, terutama mereka yang berusia di bawah 50 tahun, tidak mengidentifikasi diri sebagai penganut agama apa pun.
Dalam masyarakat yang sangat kompetitif ini, beragama sering dianggap lemah. Beberapa orang menyebut Jepang sebagai “negara adidaya tanpa pedoman moral”. Salah satu akibat dari kebencian ini adalah tingginya angka bunuh diri, terutama di kalangan generasi muda. Lebih dari 30.000 orang setiap tahunnya bunuh diri.
Banyak orang Jepang akan memilih aspek Shintoisme, Budha, dan praktik okultisme atau animisme dan mengembangkan keyakinan pribadi mereka tanpa mengkhawatirkan kontradiksi. Penekanan kuat dalam sistem kepercayaan ini adalah bahwa dewa ada dimana-mana, termasuk batu, pohon, awan, dan rumput.
Karena sangat sedikit orang Kristen di Jepang, sulit untuk mendapatkan Alkitab dan literatur berbasis agama lainnya. Terkait dengan hal ini, banyak pendeta yang sudah lanjut usia tetapi belum bisa pensiun karena tidak ada yang mengambil alih jemaatnya.
Mayoritas komunitas Kristen di Jepang adalah perempuan. Laki-laki bekerja berjam-jam, mereka tidak punya waktu untuk beribadah. Hal ini menjadi masalah yang semakin menguatkan—hanya sedikitnya laki-laki di gereja menegaskan kesalahpahaman bahwa gereja pada dasarnya adalah tempat bagi perempuan.
110 CITIES - Proyek IPC a US 501(c)(3) No 85-3845307 | Info lebih lanjut | Situs oleh: IPC MEDIA
110 CITIES - Proyek IPC a US 501(c)(3) No 85-3845307 | Info lebih lanjut | Situs oleh: IPC MEDIA