Saya tinggal di Tunisia, jantung Tunisia — sebuah kota tempat sejarah bertemu dengan laut. Angin Mediterania membawa gema berabad-abad lampau, ketika para penakluk dan pedagang datang mencari kekayaan, keindahan, atau kekuasaan. Tanah kami selalu menjadi persimpangan peradaban, dan hingga kini masih terasa seperti tempat pertemuan antara yang lama dan yang baru.

Sejak merdeka pada tahun 1956, Tunisia telah berkembang pesat dan modern. Kota ini ramai dengan bisnis, pendidikan, dan seni, dan banyak yang bangga dengan kemajuan kami. Namun, di balik kemakmuran yang tampak, tersimpan kerinduan spiritual yang mendalam. Islam masih mendominasi setiap aspek kehidupan di sini, dan bagi mereka yang mengikuti Yesus, harga iman bisa sangat berat — penolakan, kehilangan pekerjaan, bahkan hukuman penjara. Namun, kami tetap teguh. Kami tahu bahwa kebebasan sejati tidak datang dari pemerintah atau revolusi, melainkan dari kasih Kristus yang memerdekakan hati.

Setiap kali saya berjalan di pasar-pasar Tunis, saya berdoa untuk bangsa saya — bagi mereka yang mencari kedamaian di tempat yang salah. Saya percaya Yesus akan membawa pembebasan sejati dan abadi bagi Tunisia. Angin yang berhembus melintasi Mediterania suatu hari nanti akan membawa suara penyembahan, dan bangsa ini akan bangkit untuk mewartakan kemenangan Raja segala raja.

• Berdoa untuk masyarakat Tunisia untuk bertemu Yesus sebagai sumber kebebasan dan kedamaian yang sejati. (Yohanes 8:36)

• Berdoa untuk orang-orang percaya di Tunis untuk berdiri teguh di tengah penganiayaan dan bersinar dengan berani bagi Kristus. (Matius 5:14–16)

• Berdoa untuk Gereja di Tunisia bertumbuh dalam kesatuan, keberanian, dan kebijaksanaan saat membagikan Injil. (Efesus 6:19–20)

• Berdoa untuk para pencari yang kecewa dengan agama untuk menemukan harapan melalui mimpi, Kitab Suci, dan hubungan dengan orang beriman. (Yeremia 29:13)

• Berdoa untuk Tunis menjadi gerbang kebangkitan — kota tempat terang Yesus menyebar ke seluruh Afrika Utara. (Habakuk 2:14)