
Di dalam Baku, ibu kota Azerbaijan, yang lama dan yang baru berdiri berdampingan. Dari jalan-jalan sempit berbatu di Kota Tua bangkitlah yang berkilauan Menara Api, siluet mereka yang berapi-api menerangi cakrawala—simbol kontras yang mencolok antara warisan kuno dan ambisi modern.
Azerbaijan terletak di persimpangan Timur dan Barat, dibentuk oleh pengaruh Persia, Rusia, dan Turki. Namun, di balik keindahan dan kemajuannya, tersembunyi sebuah bangsa yang membatasi penyebaran Injil secara ketat. Pemerintah yang otoriter telah berupaya menekan iman dan membungkam gereja bawah tanah—namun api Roh Kudus tak terpadamkan.
Saat menara-menara Baku bersinar terang di langit malam, saya teringat akan janji Tuhan—bahwa terang-Nya bersinar dalam kegelapan, dan kegelapan tak dapat mengalahkannya. Doa saya adalah agar pilar-pilar api ini menjadi gambaran profetik tentang apa yang akan datang: hati yang berkobar-kobar dengan kasih kepada Yesus, orang-orang percaya yang bangkit dengan keberanian, dan Injil yang berkobar di seluruh negeri.
Berdoa untuk gereja bawah tanah, agar umat beriman di Baku dikuatkan, dilindungi, dan berani dalam memberikan kesaksian bagi Kristus. (Kisah Para Rasul 4:29–31)
Berdoa untuk keterbukaan pemerintah, bahwa pembatasan kebebasan beragama akan dilonggarkan dan bahwa hati para pemimpin akan dilunakkan terhadap Injil. (Amsal 21:1)
Berdoa untuk kebangkitan spiritual, bahwa api Roh Kudus akan menyapu Azerbaijan, menyalakan kebangkitan dari Baku hingga ke perbatasan. (Habakuk 3:2)
Berdoa untuk persatuan dan keberanian, bahwa para pengikut Yesus dari berbagai latar belakang akan berdiri bersama dalam iman dan ketekunan. (Efesus 4:3–4)
Berdoa agar “Menara Api” Baku menjadi tanda kenabian, melambangkan suatu bangsa yang berkobar dengan cinta kepada Yesus—tak tergoyahkan, tak malu, dan tak terhentikan. (Matius 5:14–16)



110 KOTA - Kemitraan Global | Info lebih lanjut
110 CITIES - Proyek IPC a US 501(c)(3) No 85-3845307 | Info lebih lanjut | Situs oleh: IPC MEDIA